Dalam membangun suatu infrastruktur jaringan, kita membangun
pondasi infrastruktur logis (seperti layanan directory dari system
windows server 2003, domain name system) dan juga infrastruktur fisik
(seperti domain controller, piranti jaringan seperti router dan switch).
Switch adalah piranti jaringan yang paling banyak dipakai dalam suatu
infrastruktur jaringan fisik.Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa
switch dibuat berdasarkan konsep bridge.
Bridge merupakan piranti murni yang bekerja pada layer Data Link pada model OSI, dimana merupakan cikal bakal daripada Switch LAN.
Ada tiga jenis bridge:
Bagaimana transparent bridge bekerja?
Bridge menghubungkan dua segmen LAN, membentuk satu jaringan. Bridge, dengan namanya saja sudah mensiratkan arti sebuah jembatan, merupakan titik pertemuan antara dua segmen jaringan.
Jika bridge ini tidak berfungsi, maka sudah pasti traffic antara kedua segmen jaringan tersebut menjadi tidak mungkin. Agar dua jaringan tadi bisa fault tolerance (artinya jika ada kerusakan maka harus ada backup yang menggantikan fungsi tersebut), maka setidaknya harus ada dua bridge untuk menghubungkan kedua jaringan.
Pada gambar ini, kedua jaringan dihubungkan dua buah bridge yang bersifat fault tolerance, jika fungsi bridge yang beroperasi tidak berfungsi, atau gagal berfungsi, maka bridge satunya akan menggantikan fungsi bridge yang gagal fungsi tadi. Walaupun kedua bridge ini hidup, akan tetapi secara teori hanya satu saja yang berfungsi (misalnya bridge #1). Jika bridge # 1 ini tidak berfungsi, maka bridge # 2 akan menggantikan fungsinya.
Spanning Tree Protocol – Broadcast Storm
Kenapa hanya satu? Jika keduanya berfungsi, maka terjadi redundansi link (jalur) antara dua segmen jaringan tersebut. akibatnya sudah dipastikan bahwa paket antar dua jaringan tersebut berputar-putar melewati kedua bridge tadi tanpa henti sampai akhirnya mati sendiri. Kondisi ini disebut sebagai bridging loops atau bisa juga disebut dengan broadcast storm.
Untuk mencegah terjadinya bridging loop, komisi standard 802.1d mendifinisikan standard yang disebut Spanning Tree Algoritm (STA), atau Spanning Tree Protocol (STP). Dengan protocol ini, satu bridge untuk setiap jalur (rute) di beri tugas sebagai designated bridge. Hanya designated bridge yang bisa meneruskan paket. Sementara redundansi bridge bertindak sebagai backup.
Keuntungan dari spanning tree algoritma
Spanning tree algoritma sangat penting dalam implementasi bridge pada jaringan. Keuntungan nya adalah sebagai berikut:
Spanning tree algoritma secara automatis menemukan topology jaringan, dan membentuk suatu jalur tunggal yang yang optimal melalui suatu bridge jaringan dengan menugasi fungsi-2 berikut pada setiap bridge. Fungsi bridge menentukan bagaimana bridge berfungsi dalam hubungannya dengan bridge lainnya, dan apakah bridge meneruskan traffic ke jaringan-2 lainnya atau tidak.
Spanning Tree Protocol – Root Bridge
1. Root bridge
Root bridge merupakan master bridge atau controlling bridge. Root bridge secara periodik mem-broadcast message konfigurasi. Message ini digunakan untuk memilih rute dan re-konfigure fungsi-2 dari bridge-2 lainnya bila perlu. Hanya ada satu root bridge per jaringan. Root bridge dipilih oleh administrator. Saat menentukan root bridge, pilih root bridge yang paling dekat dengan pusat jaringan secara fisik.
2. Designated bridge
Suatu designated bridge adalah bridge-2 lain yang berpartisipasi dalam meneruskan paket melalui jaringan. Mereka dipilih secara automatis dengan cara saling tukar paket konfigurasi bridge. Untuk mencegah terjadinya bridging loop, hanya ada satu designated bridge per segment jaringan
3. Backup bridge
Semua bridge redundansi dianggap sebagai backup bridge. Backup bridge mendengar traffic jaringan dan membangun database bridge. Akan tetapi mereka tidak meneruska paket. Backup bridge ini akan mengambil alih fungsi jika suatu root bridge atau designated bridge tidak berfungsi.
Bridge mengirimkan paket khusus yang disebut Bridge Protocol Data Units (BPDU) keluar dari setiap port. BPDU ini dikirim dan diterima dari bridge lainnya digunakan untuk menentukan fungsi-2 bridge, melakukan verifikasi kalau bridge disekitarnya masih berfungsi, dan recovery jika terjadi perubahan topology jaringan.
Perencanaan jaringan dengan bridge mengguanakan spanning tree protocol memerlukan perencanaan yang hati-2. Suatu konfigurasi yang optimal menuntut pada aturan-2 berikut ini:
Kebutuhan minimum yang berhubungan dengan STP adalah sebagai berikut:
1. Versi standard STP adalah 802.1d dan harus di “enable” pada semua switch (walaupun by default switch adalah “enable” STP nya). STP tidak boleh di “disabled” disemua switches.
2. Dokumentasi jaringan harus ada dan menunjukkan dengan jelas topology jaringannya termasuk redundansi link yang mungkin ada
3. Yang ini sangat direkomendasikan: bahwa port Switch yang dihubungkan ke pada komputer, printer, server, dan router (tetapi tidak ke switch, bridge atau hub) haruslah “STP port-fast enabled”. Port-fast juga sering disbut sebagai fast-start atau start-forwarding. Port-fast dapat digunakan untuk mempercepat transisi port host untuk antisipasi transisi lambat dari berbagai kondisi STP. Tanpa adanya port-fast “enable” kebanyakan koneksi akan mengalami time-out saat melakukan koneksi pertama kali. Telah diketemukan bahwa banyak koneksi Novell IPX dan DHCP mengalami time-out bahkan gagal jika tanpa port-fast “enable”.
Jangan melakukan “enable” STP port-fast pada port koneksi antar switch karena akan menimbulkan bridging loop kepada jaringan. STP port-fast adalah fitur dari kebanyakan Switch yang versi baru (modern) dan biasanya tidak di “enable” by default.
Bentuk topologi STP yang akan dibuat dengan menggunakan Packet Tracer 5.1:
Setelah memahami tujuan dibuatnya VLAN dan ulasan mengenai STP, mari kita coba untuk membuat sebuah topologi yang menggunakan VLAN dan juga STP tentunya. Berikut gambaran topologi yang akan kita buat :
Di topologi ini kita akan mengunakan 1 switch sebagai server dan 2 switch sebagai client. Dimana yang bertindak sebagai Server adalah S1(akan dijelaskan konfigurasinya), sedangkan yang bertindak sebagai client adalah S2 dan S3.
Setelah menentukan switch yang bertindak sebagai server ataupun client, langkah berikutnya adalah melakukan konfigurasi VLAN pada switch server S1.
Konfigurasi pada switch S1 yang bertindak sebagai server:
Sebelumnya, ada baiknya kita melihat tabel VLAN yang belum dikonfigurasi :
Melihat tabel VLAN setelah VLAN dibuat :
Pemberian nama switch sebagai S2 :
Berikutnya, pembagian VLAN pada S2 :
Untuk konfigurasi pada switch ini, lakukan perlakuan yang sama dengan switch S2.
Pengujian akses antar VLAN:
Untuk memastikan VLAN yang telah kita buat, berhasil atau tidak, ada baiknya kita melakukan perintah ping dari PC yang yang mempunya VLAN yang sama. Tetapi sebelumnya, mari kita set IP dan Subnet mask pada PC berdasrakan VLAN-nya.
Note : Untuk mampermudah, tidak perlu men-set getway terlebih dahulu (getway dipasang setelah konfigurasi pada router).
Daftar IP pada PC (Sesuai keingian Anda) :
Untuk VLAN 2, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.2.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 3, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.3.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 4, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.4.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 5, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.5.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 6, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.6.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Bila berhasil, kita bisa mengakses antar VLAN sesuai IP masing-masing. Dan pastikan Anda belum bisa mengakes IP yang berbeda VLAN. Karena untuk melakulkan hal tersebut diperlukan sebuah router agar dapat berhubungan antar VLAN.
Penambahan sebuah router (R1) pada S1:
Mengaktifkan dan memberi IP pada interface fa0/0 di R1:
sumurnya dari : https://ayyusriwahyuni.wordpress.com/2010/10/15/stp/
Bridge merupakan piranti murni yang bekerja pada layer Data Link pada model OSI, dimana merupakan cikal bakal daripada Switch LAN.
Ada tiga jenis bridge:
- Transparant bridge (untuk jaringan Ethernet dan Token Ring)
- Source-routing bridge (untuk jaringan Token Ring saja)
- Source-routing transparent bridge (untuk jaringan Token Ring saja)
Bagaimana transparent bridge bekerja?
- Transparent bridges membangun database mengenai data dari piranti dan disegmen mana piranti tersebut berada dengan cara memeriksa sumber address dari paket yang datang. Untuk bridge yang baru dipasang database masih kosong. Begitu juga piranti jaringan yang baru dikoneksikan ke bridge tidak ada dalam database.
- Transparent bridge meneruskan paket berdasarkan aturan berikut:
- Jika address tujuan tidak diketahui (tidak ada didatabase ), maka bridge meneruskan paket kesemua segmen.
- Jika address tujuan diketahui dan ada di segmen yang sama, maka bridge membuang paket tersebut, jadi tidak dilewatkan ke segmen lainnya.
- Jika address tujuan diketahui dan berada di segmen lain, maka bridge meneruskan paket kepada segmen yang tepat.
- Transparent bridge meneruskan paket hanya jika kondisi berikut dipenuhi:
- Frame berisi data pada layer bagian atas (data dari sub-layer LLC keatas)
- Integritas frame telah diverifikasi (suatu CRC yang valid)
- Frame tersebut tidak dialamatkan kepada bridge
Bridge menghubungkan dua segmen LAN, membentuk satu jaringan. Bridge, dengan namanya saja sudah mensiratkan arti sebuah jembatan, merupakan titik pertemuan antara dua segmen jaringan.
Jika bridge ini tidak berfungsi, maka sudah pasti traffic antara kedua segmen jaringan tersebut menjadi tidak mungkin. Agar dua jaringan tadi bisa fault tolerance (artinya jika ada kerusakan maka harus ada backup yang menggantikan fungsi tersebut), maka setidaknya harus ada dua bridge untuk menghubungkan kedua jaringan.
Pada gambar ini, kedua jaringan dihubungkan dua buah bridge yang bersifat fault tolerance, jika fungsi bridge yang beroperasi tidak berfungsi, atau gagal berfungsi, maka bridge satunya akan menggantikan fungsi bridge yang gagal fungsi tadi. Walaupun kedua bridge ini hidup, akan tetapi secara teori hanya satu saja yang berfungsi (misalnya bridge #1). Jika bridge # 1 ini tidak berfungsi, maka bridge # 2 akan menggantikan fungsinya.
Spanning Tree Protocol – Broadcast Storm
Kenapa hanya satu? Jika keduanya berfungsi, maka terjadi redundansi link (jalur) antara dua segmen jaringan tersebut. akibatnya sudah dipastikan bahwa paket antar dua jaringan tersebut berputar-putar melewati kedua bridge tadi tanpa henti sampai akhirnya mati sendiri. Kondisi ini disebut sebagai bridging loops atau bisa juga disebut dengan broadcast storm.
Untuk mencegah terjadinya bridging loop, komisi standard 802.1d mendifinisikan standard yang disebut Spanning Tree Algoritm (STA), atau Spanning Tree Protocol (STP). Dengan protocol ini, satu bridge untuk setiap jalur (rute) di beri tugas sebagai designated bridge. Hanya designated bridge yang bisa meneruskan paket. Sementara redundansi bridge bertindak sebagai backup.
Keuntungan dari spanning tree algoritma
Spanning tree algoritma sangat penting dalam implementasi bridge pada jaringan. Keuntungan nya adalah sebagai berikut:
- Mengeliminir bridging loops
- Memberikan jalur redundansi antara dua piranti
- Recovery secara automatis dari suatu perubahan topology atau kegagalan bridge
- Mengidentifikasikan jalur optimal antara dua piranti jaringan
Spanning tree algoritma secara automatis menemukan topology jaringan, dan membentuk suatu jalur tunggal yang yang optimal melalui suatu bridge jaringan dengan menugasi fungsi-2 berikut pada setiap bridge. Fungsi bridge menentukan bagaimana bridge berfungsi dalam hubungannya dengan bridge lainnya, dan apakah bridge meneruskan traffic ke jaringan-2 lainnya atau tidak.
Spanning Tree Protocol – Root Bridge
1. Root bridge
Root bridge merupakan master bridge atau controlling bridge. Root bridge secara periodik mem-broadcast message konfigurasi. Message ini digunakan untuk memilih rute dan re-konfigure fungsi-2 dari bridge-2 lainnya bila perlu. Hanya ada satu root bridge per jaringan. Root bridge dipilih oleh administrator. Saat menentukan root bridge, pilih root bridge yang paling dekat dengan pusat jaringan secara fisik.
2. Designated bridge
Suatu designated bridge adalah bridge-2 lain yang berpartisipasi dalam meneruskan paket melalui jaringan. Mereka dipilih secara automatis dengan cara saling tukar paket konfigurasi bridge. Untuk mencegah terjadinya bridging loop, hanya ada satu designated bridge per segment jaringan
3. Backup bridge
Semua bridge redundansi dianggap sebagai backup bridge. Backup bridge mendengar traffic jaringan dan membangun database bridge. Akan tetapi mereka tidak meneruska paket. Backup bridge ini akan mengambil alih fungsi jika suatu root bridge atau designated bridge tidak berfungsi.
Bridge mengirimkan paket khusus yang disebut Bridge Protocol Data Units (BPDU) keluar dari setiap port. BPDU ini dikirim dan diterima dari bridge lainnya digunakan untuk menentukan fungsi-2 bridge, melakukan verifikasi kalau bridge disekitarnya masih berfungsi, dan recovery jika terjadi perubahan topology jaringan.
Perencanaan jaringan dengan bridge mengguanakan spanning tree protocol memerlukan perencanaan yang hati-2. Suatu konfigurasi yang optimal menuntut pada aturan-2 berikut ini:
- Setiap bridge sharusnya mempunyai backup (yaitu jalur redundansi antara setiap segmen)
- Packet-2 harus tidak boleh melewati lebih dari dua bridge antara segmen-2 jaringan
- Packet-2 seharusnya tidak melewati lebih dari tiga bridge setelah terjadi perubahan topology.
Kebutuhan minimum yang berhubungan dengan STP adalah sebagai berikut:
1. Versi standard STP adalah 802.1d dan harus di “enable” pada semua switch (walaupun by default switch adalah “enable” STP nya). STP tidak boleh di “disabled” disemua switches.
2. Dokumentasi jaringan harus ada dan menunjukkan dengan jelas topology jaringannya termasuk redundansi link yang mungkin ada
3. Yang ini sangat direkomendasikan: bahwa port Switch yang dihubungkan ke pada komputer, printer, server, dan router (tetapi tidak ke switch, bridge atau hub) haruslah “STP port-fast enabled”. Port-fast juga sering disbut sebagai fast-start atau start-forwarding. Port-fast dapat digunakan untuk mempercepat transisi port host untuk antisipasi transisi lambat dari berbagai kondisi STP. Tanpa adanya port-fast “enable” kebanyakan koneksi akan mengalami time-out saat melakukan koneksi pertama kali. Telah diketemukan bahwa banyak koneksi Novell IPX dan DHCP mengalami time-out bahkan gagal jika tanpa port-fast “enable”.
Jangan melakukan “enable” STP port-fast pada port koneksi antar switch karena akan menimbulkan bridging loop kepada jaringan. STP port-fast adalah fitur dari kebanyakan Switch yang versi baru (modern) dan biasanya tidak di “enable” by default.
Bentuk topologi STP yang akan dibuat dengan menggunakan Packet Tracer 5.1:
Setelah memahami tujuan dibuatnya VLAN dan ulasan mengenai STP, mari kita coba untuk membuat sebuah topologi yang menggunakan VLAN dan juga STP tentunya. Berikut gambaran topologi yang akan kita buat :
Di topologi ini kita akan mengunakan 1 switch sebagai server dan 2 switch sebagai client. Dimana yang bertindak sebagai Server adalah S1(akan dijelaskan konfigurasinya), sedangkan yang bertindak sebagai client adalah S2 dan S3.
Setelah menentukan switch yang bertindak sebagai server ataupun client, langkah berikutnya adalah melakukan konfigurasi VLAN pada switch server S1.
Konfigurasi pada switch S1 yang bertindak sebagai server:
Sebelumnya, ada baiknya kita melihat tabel VLAN yang belum dikonfigurasi :
Switch> Switch>en Switch#sh vlan VLAN Name Status Ports ---- -------------------------------- --------- ------------------------------- 1 default active Fa0/1, Fa0/2, Fa0/3, Fa0/4 Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7, Fa0/8 Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12 Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16 Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20 Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23, Fa0/24 1002 fddi-default active 1003 token-ring-default active 1004 fddinet-default active 1005 trnet-default active VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2 ---- ----- ---------- ----- ------ ------ -------- ---- -------- ------ ------ 1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 1002 enet 101002 1500 - - - - - 0 0 1003 enet 101003 1500 - - - - - 0 0 1004 enet 101004 1500 - - - - - 0 0 1005 enet 101005 1500 - - - - - 0 0Pemberian nama switch sebagai S1 :
Switch#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. Switch(config)#hostname S1Konfigurasi S1 sebagai switch server :
S1(config)#vtp mode server Device mode already VTP SERVER. S1(config)#vtp domain zuyan Changing VTP domain name from NULL to zuyan S1(config)#vtp password cisco Setting device VLAN database password to ciscoPembuatan VLAN pada S1:
S1(config)#vlan 2 S1(config-vlan)#name TI S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 3 S1(config-vlan)#name SI S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 4 S1(config-vlan)#name SK S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 5 S1(config-vlan)#name TKJ S1(config-vlan)#exit S1(config)#vlan 6 S1(config-vlan)#name INHERENT S1(config-vlan)#exit S1(config)#^ZNote : Dalam topologi ini, VLAN 1 bertindak sebagai default VLAN.
Melihat tabel VLAN setelah VLAN dibuat :
S1#sh vlan VLAN Name Status Ports ---- -------------------------------- --------- ------------------------------- 1 default active Fa0/1, Fa0/2, Fa0/3, Fa0/4 Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7, Fa0/8 Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12 Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16 Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20 Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23, Fa0/24 2 TI active 3 SI active 4 SK active 5 TKJ active 6 INHERENT active 1002 fddi-default active 1003 token-ring-default active 1004 fddinet-default active 1005 trnet-default active VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2 ---- ----- ---------- ----- ------ ------ -------- ---- -------- ------ ------ 1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0 3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0 4 enet 100004 1500 - - - - - 0 0 5 enet 100005 1500 - - - - - 0 0 6 enet 100006 1500 - - - - - 0 0 1002 enet 101002 1500 - - - - - 0 0 1003 enet 101003 1500 - - - - - 0 0 1004 enet 101004 1500 - - - - - 0 0 1005 enet 101005 1500 - - - - - 0Konfigurasi interface fastEthernet0/1 sampai 0/4 sebagai switchport trunk native vlan 1:
S1# S1#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. S1(config)#interface range fa0/1-4 S1(config-if-range)#switchport mode trunk %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/1, changed state to down %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/1, changed state to up %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/2, changed state to down %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/2, changed state to up %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/3, changed state to down %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/3, changed state to up %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/4, changed state to down %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/4, changed state to up S1(config-if-range)#switchport trunk native vlan 1 S1(config-if-range)#^ZBerikut tabel VLAN-nya :
S1#sh vlan VLAN Name Status Ports ---- -------------------------------- --------- ------------------------------- 1 default active Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7, Fa0/8 Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12 Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16 Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20 Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23, Fa0/24 2 TI active 3 SI active 4 SK active 5 TKJ active 6 INHERENT active 1002 fddi-default active 1003 token-ring-default active 1004 fddinet-default active 1005 trnet-default active VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2 ---- ----- ---------- ----- ------ ------ -------- ---- -------- ------ ------ 1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0 3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0 4 enet 100004 1500 - - - - - 0 0 5 enet 100005 1500 - - - - - 0 0 6 enet 100006 1500 - - - - - 0 0 1002 enet 101002 1500 - - - - - 0 0 1003 enet 101003 1500 - - - - - 0 0 1004 enet 101004 1500 - - - - - 0 0 1005 enet 101005 1500 - - - - - 0 0Pembagian VLAN :
S1>en S1#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. S1(config)#interface fa0/5 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#switchport access vlan 2 S1(config-if)#exit S1(config)#interface fa0/6 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#switchport access vlan 3 S1(config-if)#exit S1(config)#interface fa0/7 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#switchport access vlan 4 S1(config-if)#exit S1(config)#interface fa0/8 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#switchport access vlan 5 S1(config-if)#exit S1(config)#interface fa0/22 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#switchport access vlan 6 S1(config-if)#^ZTabelnya :
S1#sh vlan VLAN Name Status Ports ---- -------------------------------- --------- ------------------------------- 1 default active Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12 Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16 Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20 Fa0/21, Fa0/23, Fa0/24 2 TI active Fa0/5 3 SI active Fa0/6 4 SK active Fa0/7 5 TKJ active Fa0/8 6 INHERENT active Fa0/22 1002 fddi-default active 1003 token-ring-default active 1004 fddinet-default active 1005 trnet-default active VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2 ---- ----- ---------- ----- ------ ------ -------- ---- -------- ------ ------ 1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0 3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0 4 enet 100004 1500 - - - - - 0 0 5 enet 100005 1500 - - - - - 0 0 6 enet 100006 1500 - - - - - 0 0 1002 enet 101002 1500 - - - - - 0 0 1003 enet 101003 1500 - - - - - 0 0 1004 enet 101004 1500 - - - - - 0 0 1005 enet 101005 1500 - - - - - 0 0Konfigurasi pada switch S2 yang bertindak sebagai client:
Pemberian nama switch sebagai S2 :
Switch> Switch>en Switch#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. Switch(config)#hostname S2Konfigurasi S2 sebagai switch client :
S2(config)#vtp mode client Setting device to VTP CLIENT mode. S2(config)#vtp domain zuyan Domain name already set to zuyan. S2(config)#vtp password cisco Setting device VLAN database password to ciscoPembuatan VLAN pada S2 tidak perlu dilakukan lagi, karena telah dilakukan pada server(S1), hanya saja kita perlu men-set sebagai switchport trunk native vlan 1 pada interface-interface yang berhubungan dengan S1 dan S3 :
S2(config)#interface range fa0/1-4 S2(config-if-range)#switchport mode trunk S2(config-if-range)#switchport trunk native vlan 1 S2(config-if-range)#^ZTabel VLAN :
S2#sh vlan VLAN Name Status Ports ---- -------------------------------- --------- ------------------------------- 1 default active Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7, Fa0/8 Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12 Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16 Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20 Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23, Fa0/24 2 TI active 3 SI active 4 SK active 5 TKJ active 6 INHERENT active 1002 fddi-default active 1003 token-ring-default active 1004 fddinet-default active 1005 trnet-default active VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2 ---- ----- ---------- ----- ------ ------ -------- ---- -------- ------ ------ 1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0Terlihat bahwa, VLAN yang dibuat di S1, akan tereplikasi ke S2.
Berikutnya, pembagian VLAN pada S2 :
S2> S2>en S2#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. S2(config)#interface fa0/5 S2(config-if)#switchport mode access S2(config-if)#switchport access vlan 2 S2(config-if)#exit S2(config)#interface fa0/6 S2(config-if)#switchport mode access S2(config-if)#switchport access vlan 3 S2(config-if)#exit S2(config)#interface fa0/7 S2(config-if)#switchport mode access S2(config-if)#switchport access vlan 4 S2(config-if)#exit S2(config)#interface fa0/8 S2(config-if)#switchport mode access S2(config-if)#switchport access vlan 5 S2(config-if)#exit S2(config)#^ZTabel VLAN pada S2 :
S2#sh vlan VLAN Name Status Ports ---- -------------------------------- --------- ------------------------------- 1 default active Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12 Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16 Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20 Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23, Fa0/24 2 TI active Fa0/5 3 SI active Fa0/6 4 SK active Fa0/7 5 TKJ active Fa0/8 6 INHERENT active 1002 fddi-default active 1003 token-ring-default active 1004 fddinet-default active 1005 trnet-default active VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo Stp BrdgMode Trans1 Trans2 ---- ----- ---------- ----- ------ ------ -------- ---- -------- ------ ------ 1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0 3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0 4 enet 100004 1500 - - - - - 0 0 5 enet 100005 1500 - - - - - 0 0 6 enet 100006 1500 - - - - - 0 0 1002 enet 101002 1500 - - - - - 0 0 1003 enet 101003 1500 - - - - - 0 0 1004 enet 101004 1500 - - - - - 0 0 1005 enet 101005 1500 - - - - - 0 0Konfigurasi pada switch S3 yang bertindak sebagai client:
Untuk konfigurasi pada switch ini, lakukan perlakuan yang sama dengan switch S2.
Pengujian akses antar VLAN:
Untuk memastikan VLAN yang telah kita buat, berhasil atau tidak, ada baiknya kita melakukan perintah ping dari PC yang yang mempunya VLAN yang sama. Tetapi sebelumnya, mari kita set IP dan Subnet mask pada PC berdasrakan VLAN-nya.
Note : Untuk mampermudah, tidak perlu men-set getway terlebih dahulu (getway dipasang setelah konfigurasi pada router).
Daftar IP pada PC (Sesuai keingian Anda) :
Untuk VLAN 2, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.2.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 3, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.3.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 4, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.4.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 5, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.5.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Untuk VLAN 6, saya menggunakan IP yang dimulai dari 192.168.6.11 dengan subnet mask 255.255.255.0
Bila berhasil, kita bisa mengakses antar VLAN sesuai IP masing-masing. Dan pastikan Anda belum bisa mengakes IP yang berbeda VLAN. Karena untuk melakulkan hal tersebut diperlukan sebuah router agar dapat berhubungan antar VLAN.
Penambahan sebuah router (R1) pada S1:
Mengaktifkan dan memberi IP pada interface fa0/0 di R1:
Router>en Router#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z Router(config)#hostname R1 R1(config)#interface fa0/0 R1(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0 R1(config-if)#no shutdown %LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0, changed state to up %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0, changed state to up R1(config-if)#Konfigurasi di R1 agar antar VLAN dapat saling berhubungan :
R1#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R1(config)#interface fa0/0.2 %LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.2, changed state to up %LINEPROTO-5-UPDOWN: Line protocol on Interface FastEthernet0/0.2, changed state to upR1(config-subif)#encapsulation dot1Q 2 R1(config-subif)#ip address 192.168.2.10 255.255.255.0 R1(config-subif)#exit R1(config)#interface fa0/0.3 %LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.3, changed state to up R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 3 R1(config-subif)#ip address 192.168.3.10 255.255.255.0 R1(config-subif)#exit R1(config)#interface fa0/0.4 %LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.4, changed state to up R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 4 R1(config-subif)#ip address 192.168.4.10 255.255.255.0 R1(config-subif)#exit R1(config)#interface fa0/0.5 %LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.5, changed state to up R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 5 R1(config-subif)#ip address 192.168.5.10 255.255.255.0 R1(config-subif)#exit R1(config)#interface fa0/0.6 %LINK-5-CHANGED: Interface FastEthernet0/0.6, changed state to up R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 6 R1(config-subif)#ip address 192.168.6.10 255.255.255.0 R1(config-subif)#Mengaktifkan dan memberi IP pada interface fa0/1 di R1:
R1#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. R1(config)#interface fa0/0.6 R1(config-subif)#interface fa0/1 R1(config-if)#ip address 192.168.10.1 255.255.255.0 R1(config-if)#no shMen-set interface yang berhubungan dengan R1 pada switch S1 sebagai member dari VLAN 5 :
S1# S1#conf t Enter configuration commands, one per line. End with CNTL/Z. S1(config)#interface fa0/24 S1(config-if)#switchport mode access S1(config-if)#switchport access vlan 5 S1(config-if)#^ZKonfigurasi selesai, sekarang Anda dapat melakukan akses antar PC yang ber beda VLAN. Selanjutnya, terserah kita mengembangkan topologi tersebut. Boleh diberi Access point dan sebaginya.
sumurnya dari : https://ayyusriwahyuni.wordpress.com/2010/10/15/stp/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar